News Update :
Home » » Nelayan Keramba Apung Kesulitan Bibit dan Pakan

Nelayan Keramba Apung Kesulitan Bibit dan Pakan

Penulis : Siti Rahmi on Selasa, 21 Mei 2013 | 16.32


SELATPANJANG – Nelayan Keramba apung dengan jenis ikan kakap putih, bawal putih dan kurau di Desa Sialangpasang, Kecmataan Rangsang Barat mengakui kesulitan untuk mengembangkan usaha perikanannya karena sulitnya mendapatkan bibit ikan yang mereka mereka budidayakan. Padahal prospek usaha ini sangat menjanjikan.

"Penjualan kita dari hasil ikan yang kita budidayakan dari keramba apung ini, yaitu ikan kakap, bawal bintang dan juga kurau sangat banyak mendapat sambutan pasar, khususnya pasar lokal. Namun saat ini kita sering tidak bisa memenuhi permintaan pasar karena kesulitan mendapatkan bibit. Inilah yang menjadi kendala kami dalam mengembangkan usaha ini," tutur Effendi Hasan, ketua Kelompok Nelayan Konsip Bahari yang telah menekuni usaha keramba apung sejak tahun 2010.


Efendi menjelaskan, selama ini para nelayan keramba apung mendapatkan bibit dari tangkapan alam, yang kemudian dilakukan pembesaran di keramba. "Selama ini kami kesulitan mendapatkan bibit, karena hanya berharap tangkapan alam yang tidak menentu, disamping alat tangkap yang kurang memadai, sehingga menjadi kendala tersendiri bagi kami dalam hal pembudidayaan, selain pakan yang kian sulit juga kami dapatkan," sebutnya.

Padahal, menurutnya budidaya ikan keramba ini merupakan salah satu alternatif yang bisa dikembangkan oleh nelayan sebebagai pemanfaatan potensi kelautan dan perikanan di Kabupaten Kepulauan Meranti. Menurut dia, nelayan harus memanfaatkan potensi kelautan dan perikanan ini, karena selama ini kekayaan laut dan perikanan lebih banyak dimanfaatkan oleh warga asing yang sering mencuri ikan atau disebut illegal fishing.

"Pengembangan keramba apung ini menguntungkan. Selain tidak mencemari lingkungan laut, terlebih ikan yang dibudidayakan jenis kakap dan bawal. Sebab, ikan kakap bernilai ekonomis tinggi, sehingga akan bisa meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani nelayan sendiri," ucapnya.

Saat ini kelompoknya memiliki 70 unit keramba apung yang terbuat dari fiber.  "Sejak tahun 2011 kita mendapatkan bantuan keramba fiber dari Pemkab Meranti sebanyak 70 unit. Kita bisa  bisa dipanen setelah 6 hingga 7 bulan. Ikan-ikan yang sudah siap panen ini kita pasarkan di Selatpanjang, yang dipesan oleh beberapa rumah makan. Satu hari permintaan dari Selatpanjang untuk satu hari bisa mencapai 60 sampai 70 kg, masing-masing ikannya. Namun kita sering tidak bisa memenuhi permintaan ini karena kekurangan bibit itu tadi," sebut Effendi.

Harga ikan kakap putih mereka jual dengan harga Rp 100 ribu perkilogram, bawal bintang Rp 60 ribu perkilogram, dan ikan kurau Rp 65 ribu perkilogram. Dengan prospek yang menjanjikan ini diakuinya pula nelayan keramba apung mengalami peningkatan pendapatan. Namun ia berharap pemerintah agar bisa membantu petani nelayan ini agar bisa mendapatkan bibit untuk ikan serta pakan.

"Kita dengar tahun ini Pemkab Meranti melalui dinas terkait kembali menganggarkan keramba apung fiber. Tapi kita berharap pemkab tak hanya menyediakan keramba fiber, yang paling utama kita butuhkan saat ini adalah bibit ikan. Kita berharap sekali agar pemerintah bisa membangun laboratorium mini yang peralatannya sederhana saja, namun kami sebagai nelayan bisa melakukan pembibitan sendiri, jadi kami tidak perlu kuatir lagi dengan ketersediaan bibit yang didapat dari tangkapan alam. Kita sendiri siap melakukan pembibitan atau pemijahan ikan, karena kita telah beberapa kali mengikuti pelatihan dan magang dibeberapa daerah yang petaninya berhasil melakukan pembibitan," tandas pengurus KTNA ini. rahmi



Share this article :

Posting Komentar

 
Company Info | Contact Us | Privacy policy | Term of use | Widget | Advertise with Us | Site map
Copyright © 2011. Meranti Updates . All Rights Reserved.
Design Template by Bakharuddin | Support by creating website | Powered by Blogger