SELATPANJANG – Masyarakat Kabupaten Kepulauan Meranti nampaknya harus waspada terhadap
penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yang saat ini sedang menyeranga di wilayah
ini. Bahkan dari laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Kepulauan Meranti, 1 korban
DBD telah meninggal dunia.
Dari data Dinas Kesehatan Kabupaten Kepulauan Meranti, seperti yang diungkapkan oleh Kepala Dinas, dr. Irwan Suwandi melalui Kasi Penanggaulangan Penyakit Menular Dinas Kesehatan Kabupaten Kepulauan Meranti, dr. Ria Sari, kamis (16/5) kemarin mengakui sudah ada 12 korban DBD yang ditangani oleh pihak medis baik di RSUD maupun di Puskesmas.
“Dari Januari sampai tanggal 15 Mei 2013, tercatat ada 12
kasus serangan DBD di Meranti. Dari 12 kasus serangan DBD tersebut, 1 kassus
korbannya meninggal dunia karena kondisinya sudah sangat kritis. Ini terjadi
akibat lambatnya pihak keluarga membawa ke puskesmas” ungkap dr. Riasari.
Menurut dr. Riasari, berdasarkan data
laporan dari masing-masing Puskesmas serangan DBD pada medio Januari-Mei 2013
tersebar di beberapa titik lokasi dengan jumlah korban yang bervariasi. Daerah
sebaran DBD medio Januari - Mei ini meliputi wilayah kerja
Puskesmas Kecmatan Tebing Tinggi ada 5 kasus, wilayah kerja kecamatan Merbau 1
kasus, wilayah kerja Puskesmas Anak Setetah Kecamatan Rangsang Barat 1 kasus,
wilayah kerja Puskesmas Pulau Merbau 4 kasus dan wilayah kerja Puskesmas
Tanjung Samak 1 kasus. Sedangkan dari wilayah kerja Puskesmas lainnya seperti
Kedaburapat, Sungai Tohor dan Alai hingga kini belum ada laporan.
“Dari seluruh kasus
serangan DBD, secara medis sudah ditangani secara intensif. Beberapa kasus
ditangani di Puskesmas terkait, namun ada juga yang harus dirujuk ke RSUD.
Rata-rata, sejumlah kasus serangan DBD yang mendapata penananan intensif sudah
sembuh. Sedangkan 1 kasus DBD yang meninggal, ini ada kelalaian dari pihak
keluarga yang telat membawa ke Puskesmas. Satu kasus seranagn DBD yang
meninggal tersebut berasal dari wilayah keerja Puskesmas Tebinng tingi
Selatpanjang” beber dr. Riasari.
Menyinggung penanganan di lapangan dr. Riasari mengatakan
saat ini tim medis di berbagai puskesmas yang menjadi daerah serangan kasus DBD
sedang melakukan berbagai langkah pencegahan. Mulai dari foging ke ruamh-rumah
warga,terutama yang menjadi titik lokasi serangan DBD juga disekitar areal
rumah warga lainnya yang berdekatan. Hal ini dimaksudkan agar virus penyebab
serangan DBD dimatikan, yakni melalui kegiatan pembrantasan sarang nyamuk
(PSN). Selain itu, juga dilakukan penyelidikan epidemologi terhadap kemungkinan
adanya daerah-daerah yang menjadi endemis serangan DBD.
“Semua langkah teknis yang dilakukan ini pada prinsipnya
sebagai upaya preventif. Diharapkan dengan kebijakan ini, kemungkinan adanya
serangan DBD di daerah lainnya bisa dicegah lebih awal. Dan yang lebih penting
lagi, tim medis dan kader kesehatan juga berupaya melakukan sosialisasi terhadap
langkah penanganan korban DBD dan pengenalan tanda-tanda serangan DBD. Dengan
demikian masyarakat akan bisa mengenal lebih dekat gejala klinis serangan DBD
dan segera mengupayakan pengobatan ke tim medis terdekat” tandas dr. Riasari.
Dari pantauan di lapangan korban DBD yang meninggal dunia adalah warga jalan Handayani, Selatpanjang yang berusia 1 tahun lebih, meninggal dunia senin (13/5) kemarin. Jumlah DBD bertambah 1 orang kamis sore (16/5) kemarin, dimana seorang bocah usia 4 tahun, Rasti dari Desa Bantar Kecamatan Rangsang Barat dilarikan ke RSUD karena penyakit DBD. Hari jumat (17/5) kondisi Rasti mulai membaik, suhu badannya mulai turun. Menurut orangtuanya, Rasti merupakan korban pertama DBD di Bantar. ***
Posting Komentar